Kata Jihad dan Hijrah Keluar Dari Makna Aslinya

Jihad dan Hijrah

Jihad dan Hijrah

Belakangan ini orang-orang banyak menggunakan kata "jihad" keluar dari makna aslinya. Demikian pula pada kata "hijrah". Itu tidak salah, karena memang ada beberapa dalil yang mendukung hal tersebut. Namun, bukan hal yang elok, jika istilah khusus, selalu digunakan sebagai istilah umum.

Kalaupun ada kaidah "al-ibrah bi umumil lafdz la bikhushusis sabab" itu tidak berarti bahwa hal tersebut berlaku untuk semua hal, dan kendati berlaku untuk beberapa hal, dalam beberapa hal ini tidak lantas kita boleh meninggalkan pengetahuan "khususis sabab".

Baca Juga : Di Bilang Kafir Karena Memakai Nama Non Arab

Kita kembali pada kata "jihad" dan "hijrah". Pada mulanya dan memang begitu adanya, jihad berarti perang, jihad ialah yaitu memerangi orang-orang yang memerangi kita, dan mengusir kita dari kampung sendiri tanpa alasan yang benar. Sementara hijrah adalah perpindahan dari satu kampung yang penuh kezaliman menuju ke kampung lain.

Kemudian, jihad diartikan sebagai perjuangan, dan hijrah diartikan sebagai tobat. Itu tidak salah, beberapa ayat dan hadits pun mengindikasikan makna tersebut, tapi itu makna sastrawi dan motivasis.

Mari kita ambil contoh lain. Sayyidina Ali berkata, "Yatim itu bukan anak yang yang kedua orang tuanya meninggal, tetapi yatim adalah yatim ilmu dan adab." Anda boleh menggunakan pengertian ini hanya dalam konteks tertentu. Dan jangan pernah bawa konteks ini ke semua konteks, seperti dalam hal santunan anak yatim atau Nabi Muhammad SAW sebagai yatim.

Contoh Lain

Orang-orang berkata, "Cantik itu bukan orang yang berkulit putih dan bertubuh langsing, tetapi cantik adalah yang budi pekertinya baik." Gunakan makna ini hanya sebagai motivasi buat wanita yang insecure terhadap tampilan fisiknya, atau motivasi untuk yang cantik tapi bad attitude. Jangan sekali-kali Anda gunakan untuk laporan kepolisian menyangkut ciri-ciri anak hilang atau kasus kriminal.

Persoalan

Pernahkah Anda mendengar seorang penceramah yang mengatakan bahwa dulunya Nabi pernah tersesat? Orang tolol yang mengatakan itu, tidak bisa membedakan kata-kata musytarak. Ia tidak bisa memahami dhalalah dan hidayah pada konteksnya. Orang-orang semacam ini, juga gemar sekali menggunakan istilah hijrah, dan bukan tidak mungkin, hijrahnya Nabi pun akhirnya akan disalahartikan pula, kalau bukan olehnya, bisa saja oleh pengikutnya.

Kata "hijrah" itu melekat sekali dengan Nabi. Apalagi tahun hijriah, dinisbatkan dengan hijrah dalam arti itu, bukan dalam arti: Nabi dulu adalah artis sinetron yang suka clubbing, lalu tobat dan memanjangkan jenggot.

Kita berlindung pada Allah SWT dari pemahaman dan ajaran sesat dan menyesatkan.


Baca juga berita anawawy.com di Google News

Next Post Previous Post