Manusia Di Usir Dari Surga Karena Kata Terserah Cewek

Karena Kata Terserah Cewek

Apakah benar manusia dikeluarkan dari surga sebab perkataan Terserah yang dilontarkan oleh seorang perempuan?

Merujuk Kepada Al-Qur'an

Kalau kita merujuk kepada Al-Qur'an surat Thaha ayat 120, disana di jelaskan :

فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ الشَّيْطٰنُ قَالَ يٰٓاٰدَمُ هَلْ اَدُلُّكَ عَلٰى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلٰى


Terjemahan

Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, “Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?”

Pada ayat tersebut menunjukan bahwa yang dibisikan oleh syaitan adalah Adam bukan Hawa, dan yang membisikan Adam adalah syaitan bukan Hawa.

Lalu pada ayat selanjutnya, yaitu surat Thaha ayat 121 :

فَاَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْءٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفٰنِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَّرَقِ الْجَنَّةِۚ وَعَصٰىٓ اٰدَمُ رَبَّهٗ فَغَوٰى


Terjemahan

Lalu keduanya memakannya, lalu tampaklah oleh keduanya aurat mereka dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan telah durhakalah Adam kepada Tuhannya, dan sesatlah dia.

Kesimpulan

Lalu sebab keluarnya Adam dan Hawa dari surga, kenapa yang disalahkan Hawa? Padahal yang dibisikan oleh syaitan adalah Adam bukan Hawa.

Memang ada ayat lain yang menggunakan mutsanna, yaitu pada surat Al-A'rof ayat 20 :

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ

Cuma kalau kita perhatikan pada kedua ayat tersebut (Thaha 121 dan Al-A'rof 20) terdapat perbedaan pada huruf jer yang digunakan. Kalau disurat Thaha menggunakan huruf jer الى yakni فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ dan kalau pada surat Al-A'rof itu menggunakan huruf jer ل yakni فَوَسْوَسَ لَهُمَا


Lalu bedanya apa?

Jika menggunakan ( فَوَسْوَسَ لَهُمَا ) maka maknanya ( لأجلهما ) dan jika menggunakan ( فَوَسْوَسَ اِلَيْهِ ) maka maknanya ( عنهااليه الوسوس ). Jadi bisa dikatakan yang memutuskan untuk memakan buah khuldi yaitu ADAM bukan HAWA. Kita semua tau kalau watak hampir semua perempuan itu tidak pernah mau memutuskan sesuatu, meskipun disaat yg sama, mereka juga tidak mau memberikan pilihan. Dan semua itu terangkum dalam satu kata sakral, yaitu TERSERAH.

Ilustrasi

Kalau kita ilustrasikan secara kasar-kasaran seperti ini :

Pada suatu hari Adam dan Hawa sedang berjalan-jalan disurga, lalu Adam bertanya pada Hawa.

Adam : Hari ini kita mau makan apa sayang?

Hawa : Terserah kamu aja

Adam : Bagaimana kalau kita makan nasi padang?

Hawa : Gak ah, aku lagi gak mau makan nasi padang

Adam : Bagaimana kalau kita makan pecel lele?

Hawa : Gak mau

Adam : Bagaimana kalau kita makan ayam geprek mercon aja?

Hawa : Aku gak mau lagi makan pedes

Adam : Hmmm bagaimana kalau kita makan gorengan?

Hawa : Isshh itu berminyak aku gak suka

Adam : Ya udah bagaimana kalau kita makan buah-buahan aja?

Hawa : Hmmm buah apa?

Adam : Buah berenuk?

Hawa : Hmmm yg bener aja

Adam : Kalau buahahaha bagaimana?

Hawa : Dih please deh ... yang serius dong!

Adam : Sebenarnya ada sih buah yang enak, enak banget kayanya, cuma sepertinya kita gak bakal bisa makan buah tersebut deh ...

Hawa : Hmmm yaudah terserah berarti kamu udah gak sayang lagi sama aku

Adam : (....................)

Baca Juga : Sebagian Nabi Adalah Laki-laki

Versi Gus Baha

Pemahaman masyarakat awam tentang kisah Nabi Adam makan buah khuldi itu karena godaan syaitan. Nabi Adam di iming-imingi keabadian, sehingga Nabi Adam tertarik makan. Bersama Ibu Hawa. Nabi Adam akhirnya dinyatakan bersalah dan kemudian diturunkan ke bumi.

Pemahaman ini, bagi KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha’), perlu mendapatkan perhatian. Karena dengan pemahaman ini, kita kemudian menjustifikasi Nabi Adam ternyata juga tergoda oleh bujuk rayu syaitan. Dalam ngajinya di Sidogiri Pasuruan, 2 Oktober 2019, Gus Baha’ menjelaskan bahwa Nabi Adam tidak salah ketika memakan buah khuldi.

Terus bagaimana kok begitu?

Gus Baha’ menjelaskan :

“Nabi Adam gak pernah salah. Ketika beliau ditanya Allah kenapa memakan buah yang saya larang? Nabi Adam menjawab, Demi Allah, saya tidak pernah menduga ada makhluk yang berani berbohong atas nama-Mu Ya Allah,” Kata Gus Baha’.

“Bukankah syaitan menasehati Nabi Adam AS dengan bersumpah atas nama Allah? Jadi Nabi Adam sama sekali tidak tergoda dengan syaitan untuk memakan buah tersebut kecuali setelah mendengar nama Allah dijadikan sumpah oleh syaitan. Maka karena Nabi Adam menganggap agungnya nama Allah, Nabi Adam gak pernah mengira kalau ada yang berani berbohong atas nama Allah,” lanjut Gus Baha’.

Gus Baha’ juga menegaskan bahwa Nabi Adam adalah korban sumpah atas nama Allah bukan korban godaan syaitan yang lemah.

Gus Baha’ juga mengingatkan kita semua agar tidak banyak ngomong tentang salahnya Nabi Adam, apalagi itu karena tidak paham sejatinya peristiwa itu.

"Kyai bisa kurang barokah ilmunya karena kebanyakan ngomongin salahnya bapaknya yaitu Nabi Adam AS, tanpa menjelaskan kronologi kejadian sesungguhnya,” tegas Gus Baha’.


Next Post Previous Post