Berdakwah Dengan Cara Privasi, Tapi Menghina Orang Lain

Ali Ahmad Nawawi

Banyak diantara kita yang menyebarkan kebaikan dengan cara sembunyi-sembunyi (privat). Ia rajin dan istiqomah dalam menyebarkan ilmu agama. Tapi disisi lain, ia juga rajin menghina orang lain, menghina agama dan keyakinan orang lain.

Akun Privat

Akun privat atau privasi adalah akun yang digunakan di sosial media tapi tidak menggunakan identitas aslinya atau menyembunyikan sosok dirinya (tidak menampilkan muka).

Akun Publik

Akun publik adalah akun yang menggunakan identitas aslinya di sosial media atau akun yang menampilkan sosok dirinya (menampilkan muka).

Kesimpulan

Lho, berarti akun yang publik boleh menghina orang lain? Ya, sama tidak boleh menghina orang lain juga. Jika akun yang privasi saja tidak boleh menghina apalagi akun yang publik.

Namun, setidaknya akun-akun yang publik jika ia menghina orang lain, itu artinya ia telah menjatuhkan dirinya sendiri. Dan kalaupun ia menghina orang lain, orang lain bisa menghina balik kepada dirinya, karena ia akun publik yang terlihat jelas identitasnya.

Jika akun yang privat? Kalau akun yang privat menghina orang lain, ia telah menjatuhkan nama identitas orang lain yang ia gunakan, dan orang-orang juga tidak bisa untuk menghina balik dirinya, karena ia akun privat yang tidak menggunakan identitas aslinya dan tidak juga menampilkan muka.

ذنبك المستور لا يَجعلك أهلاً للخَوض في أهل الذنب المَفضوح لا تَغتَرّ بحلم الله عليك

Dosamu yang masih tertutup rapat, janganlah membuat dirimu berhak untuk menghukumi, menjelek-jelekkan, menghina kepada mereka yang dosanya terkuak, janganlah engkau tertipu dengan kelembutan Allah SWT kepadamu.

highlight Manusia itu tidak terbagi menjadi manusia buruk dan baik, akan tetapi di dalam diri manusia ada sifat baik dan sifat buruk.

Artinya kita sebagai manusia jangan pernah menanam kebencian bahkan menghina. Karena bisa saja seseorang yang kita hina pernah melakukan kebaikan yang lebih dari kebaikan yang kita lakukan.

Baca Juga : Mengetahui Hadits Belum Tentu Bisa Menyimpulkan Hukum

Abu Jahal dan Abu Lahab juga sombong dan mencaci Rasul. Saat itu Rasulullah SAW sabar menanggapinya. Tak marah dan meradang. Bahkan pengemis buta yang setiap hari mencaci maki dan menghina Rasul diperlakukannya dengan sangat lembut.

Biarkan saja manusia-manusia seperti ini, tanggapilah seperti cara Rasul menanggapi mereka.

Sudah sering dan selalu berulang, segala hal selalu dikaitkan dengan yang namanya penodaan agama. Dengan dalih demi hukum dan demi membela agama. Korbannya pun sudah banyak.

من لايريد أن يتقبل رأيك سيجد ألف طريقة لإساءة فهمك

Orang yang tidak menerima pendapatmu akan menemukan seribu cara untuk menjelekkan pemahamanmu.

Kamu boleh tidak setuju dengan keyakinan orang lain. Tapi cukup sampai di situ. Simpan ketidaksetujuanmu untuk dirimu sendiri. Karena selebihnya, dia atau mereka punya hak yang sama denganmu. Tak lebih dan tak kurang.

Saat kamu merasa cukup nyaman untuk saling maki, saat itu kamu ada di tepi lereng yang mengarah ke jurang “kecanduan memaki”. Makin sering kamu melakukan caci maki, maka akan makin kecanduan memaki.

Next Post Previous Post